RSS Feed

Kamis, 17 September 2009

Segelas Es Teh Manis

Matahari siang ini memang tidak terasa terik bahkan di sebagian tempat nampak mendung, tapi entah mengapa udara yang terasa amatlah panas. Aku masih melaju sepeda motor dengan cepat mengingat waktu sudah agak siang, ditambah udara yang agak membuat tubuh sedikit berkeringat. Sesampai di tempat tujuan terlihat orang-orang yang berlalu lalang dengan kesibukanya masing-masing, memang ini hari ini adalah hari terakhir masuk kerja karena esok sudah masuk libur hari raya. Aku urus semua adminitrasi dan masuk dalam antrian, agar lekas selesai lalu bisa kembali bekerja.

Waktu menunjukan pukul 11:00 WIB udara semakin panas namun langit masih terlihat mendung tapi ada yang menarik disini, aku lihat jalan raya saat ini agak tidak terlalu padat seperti biasanya. Mungkin saat ini sebagian orang sudah pulang kampung maklum hari raya sudah tinggal dalam hitungan hari, biasanya aku tempuh sampai satu jam kini bisa ditempuh hanya 45 menit. Kadang aku berandai-andai bila Jakarta setiap hari ini mungkin para pekerja yang berangkat kerja tidak akan nampak tergesa-gesa dalam mengejar waktunya.

Dengan sedikit santai aku lajukan sepeda motor walau panas dari udara yang ada masih terasa, sehingga baju yang aku kenakan agak sedikit basah karena keringat yang mengucur. Tepat pukul 12:05 WIB aku tiba dikantor lalu aku bergegas menujua ruangan dengan peluh dibadan dan memang sedikit lelah, aku bingung matahari tidak telalu terik tapi kenapa udaranya terasa agak sedikit panas. Setibanya dimeja aku langsung melepaskan penat dengan bercengkrama dengan teman-teman kantor, ternyata dengan senyum mereka saat aku tiba dapat menghilangkan sedikit penat.

Kini aku merasakan dehidrasi yang membuat tenggorokan kering bahkan air ludah pun agak susah untuk ditelan, sehingga aku terbesit dihati alangkah nikmatnya saat tiba dimeja kantor sudah tersedia segelas es teh manis. Astagfirullah aku tidak boleh begitu karena saat ini bulan Puasa dan aku sendiri sedang berpuasa, aku tersenyum lalu menghilangkan pikiran yang dapat merusak ibadah puasa ini. Karena kurang lebih 2-3 hari lagi aku akan berjumpa dengan hari kemenangan bagi setiap yang menjalankan ibadah puasa, sedangkan segelas teh manis tetap akan dapat aku jumpai saat berbuka puasa nanti sore.


Ramadhan, 27 1430 H

Rabu, 16 September 2009

Antara Subuh , bulan sabit dan Ramadhan


Semilir angin berhembus menembus setiap apa yang dilaluinya, dari dinding-dinding rumah sampai setiap daun telinga umat manusia. Angin itu mengantarkan suara adzan yang berkumandang diwaktu subuh, aku masih asik duduk bersila diatas sadjah yang agak sedikit lusuh. Tak lama aku berdiri lalu aku bergegas keluar rumah, angin yang sejuk menggetarkan setiap kulit ku dingin namun menyegarkan. Nampak segelintir orang yang mengenakan mukena, sarung dan koko sepertinya mereka juga akan sama pergi menuju dimana suara adzan itu memanggil. Ya, sebuah mushola kecil yang terletak ditengah-tengah perkampungan.


Aku buka pintu mushola secara perlahan dan terlihat beberapa jemaah sholat subuh sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, dari solat Sunnah sampai dzikir sambil menunggu Imam Mushola datang. Aku beridiri untuk mengerjakan sholat Sunnah Fajar, tak lama berselang qomat pun di kumandangnkan. Barisan shaf pun mulai dirapikan untuk mengerjakan sholat berjamaah, sang Imam yang sudah terlihat renta mulai mengakat tangan sambil bertakbir kemudian terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran yang menggetarkan hati.


Lepas solat semua masih sibuk dengan doa dan dizkir, aku masih tenggelam dengan lantunan dzikir dan doa agar hari ini sampai malamnya mendapat keberkahan, setelah itu aku bergegas pulang. Diluar masih nampak gelap dan dingin pun masih menyelimuti, aku berjalan sambil memandang langit terlihat bulan sabit dikelilingi taburan bintang yang bersinar. Aku jadi teringat saat bulan sabit ini datang dimana awal datang Ramadhan mempunyai bentuk yang sama, namun memiliki waktu yang berbeda.


Seiring kembalinya bulan sabit seperti awalnya menandakan akan berakhirnya juga Ramadhan ini, ada rasa kesedihan namun ada juga rasa gembira. Kesedihan akan perpisahan dengan bulan mulia ini dan gembira akan menyambut hari kemenangan, kupandang bulan sabit sambil hati ini bertasbih kepada-Nya.






Ramadhan, 29 1430 H